Laman

Selasa, 07 Juni 2016

Pacaran? Yes!


Assalamu'alaikum.. Semua tulisan yang ada di blog ini adalah kehidupan pribadi yang telah saya alami. Jadi kalo ada yang pernah ngalamin jangan disamain ya..heheee ;)

+ Pernah Pacaran?
- Pernah.
+ Kapan?
- Waktu SD.
+ Hah? SD udah pacaran? Berapa lama?
- Hahaa aku juga ga tau kalo kita itu udah pacaran. Ga ngerti juga. Soalnya masih kecil. Jadi itu juga cuma status kali ya dari teman seangkatan dulu. Waktunya juga cuma seminggu, toh abis itu dia juga udah suka sama yang lain. Lucu kan? Masa iya yang kaya gini namanya pacaran?
+ Trus abis itu pacaran lagi ga?
- Engga.. Kalo suka sama orang sih pernah. Cuma ya itu, ga sampe ngejar-ngejar kepengen pacaran sama dia. Alhamdulillah saya dikasih hidayah sama Allah
+ Hidayah?
- ......... (Ga usah dilanjutin)
Yuupp jujur, saya pernah pacaran (Adeuh bangga yang menyesatkan). Tapi itu benar-benar hanya status. Udah ga usah dilanjutin dan konferensi pers, karena ga ada manfaatnya juga. Haahahaa ge-er

Semakin bertambahnya usia, sudah tahu mana yang baik mana yang buruk. Jadi saya mengambil hikmah dari beberapa kehidupan yang orang-orang alami di sekitar saya.
Waktu jaman SMP hingga kuliah, sebenarnya banyak teman-teman saya yang pacaran, kata 'tembak-menembak', suka-sukaan, sudah jadi bahasan obrolan kami selain membicarakan pelajaran sekolah. Tapi alhamdulillah, saya tidak terpancing dan tak iri sama semua kata-kata itu. Apalagi semenjak lulus kuliah dan kerja. Bahasannya udah beda lagi, cari JODOH, bukan PACAR.. :D

Kisah-kisah berikut ini adalah pengalaman saya yang saya lihat dan dengar. Mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat untuk kita semua.

Kisah pertama, sepasang suami istri (dua-duanya bekerja) menikah dengan cara pacaran. Dalam waktu yang singkat mereka menikah tanpa melihat latar belakang agamanya. Saya melihat rumah tangganya seperti itu, (maaf) selalu ada pertengkaran di dalamnya. Memang sih, pernikahan tak selalu indah, pasti ada kerikil kecilnya. Namun jika kerikil itu selalu ditimbun, lama-lama bisa menjadi pasir, betul? Faktor masalah bisa dari mana saja. Tak ada saling terbuka dari keduanya, komunikasi yang kurang karena jarang ketemu (sibuk kerja), sehingga anak jadi tak terkontrol. Didikan agama yang kurang, perhatian yang dialihkan melalui gadget. Sehingga saya berpikir, ini bukan keluarga impian yang saya inginkan. Terlalu memikirkan urusan dunia. Inilah alasan saya mengapa saya "NO PACARAN" sebelum menikah. Jika dimulai pernikahan hanya berdasarkan nafsu dunia, mengejar status "nikah" alhasil mungkin akan seperti ini kehidupan pernikahannya. Pikirku

Kisah kedua, sepasang suami istri. Dua-duanya aktif organisai pengajian. Menikah dengan cara ta'aruf dan dalam proses singkat menikah. Dalam kehidupan pernikahannya sangat harmonis selalu. Saling kompak karena memiliki visi dan misi yang sama. Padahal awalnya belum mengenal satu sama lain. Karena ketika proses ta'aruf hanya berupa proposal. Dilihatnya sungguh adem ayeum. Membuat semua orang iri. Nah yang kaya gini nih keluarga yang aku impikan. Pikirku. PACARAN YES, setelah menikah.

Kisah ketiga, sepasang suami istri. Menikah karena bertemu dengan kawan lama. Awalnya tak direstui oleh masing-masing orang tua. Namun mereka tetap menikah.Awal kehidupan penuh dengan tangisan, karena belum mengenal detail secara masing-masing. Tapi lambat laun mereka akhirnya bahagia walaupun terkadang masih ada emosi di dalamnya. Pikirku, mereka menikah tanpa ridho orang tua. Sedangkan ridho orang tua adalah ridhonya Allah. Inilah alasan saya juga, bahwa sebelum menikah ridho orang tua yang saya utamakan ketika akan menikah.

Oleh karenanya, ketika dulu saya hendak menikah saya lebih memilih proses ta'aruf. Jujur agak lama dalam proses ini. Karena terkadang ketidakcocokan muncul walaupun hanya melihat dari biodata seseorang. Entah dari sisi kita, entah dari sisi orang tua dan keluarga, entah dari sisi ikhwannya. Masih banyak lagi hingga akhirnya Allah menentukan yang terbaik untuk kita. Minta diproses oleh kakak sendiri dari ummur 22, hingga akhirnya umur 24 tahun saya baru menikah.

SABAR. Kesabaran dalam menanti jodoh menurutku adalah salah satu ujian dari Allah. Seberapa besar sabar kita untuk menunggu yang terbaik dari Allah. Ketika masa penantian itu, satu motto saya "Fashbir shabran jamiila" surat Al Ma'arij ayat 5. Yang artinya "Bersabarlah kamu (Muhammad) dengan sebaik-baiknya kesabaran". Dan masih banyak lagi dalam Al Qur'an yang ingin Allah sampaikan ke kita, "Innalaha ma'a shobirin" "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar". Jadi sesungguhnya Allah ingin bersama dengan mu dalam kesabaran.
Gunakan masa penantian itu dengan cara mendekatiNya, merayuNya, kasih alasan ke Dia kenapa kamu harus menikah. Jangan malu-malu untuk minta doa sama orang tua, keluarga, dan teman. Bersedekah membaca tilawah lebih banyak lagi. Tahajud dan sholat sunah lainnya digeber setiap hari. Menangis ketika berdoa pun tak masalah. Biar Allah tau betapa besar keinginan kita untuk menggenapkan agam ini.

Dan insya Allah, Dia akan menjawab doa dan usaha kita selama ini. Allah Maha Tahu kapan, dimana, dan dengan siapa yang terbaik untuk kita. Jangan pernah lelah. Toh lelah untuk ibadah tak akan sia-sia. Yakin selalu akan Janji-Nya. Siipp?! ;D

Serius amat bacanya, ga usah mewek yaa... Tapi melow dikit boleh lah...heheee
Semoga bermanfaat tulisan ini..
Inggaattt....
PACARAN? YES!
Tapi setelah menikah......

Jazakumullahu khairan katsiran...........
Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar